lawas sumbawa tentang nasehat

2019. Salah satu jenis lawas yang masih dapat kita saksikan di dalam kehidupan masyarakat Sumbawa sekarang adalah Lawas Pamuji. Keberadaan Lawas Pamuji saat ini belum dapat diuraikan secara detail tentang bagaimana Lawas Pamuji tersebut mengalami proses panjang dari sejak diciptakannya, disalurkan, digunakan, hingga saat RabanaKebo biasanya digunakan oleh sebagian besar orang Sumbawa Ano Siup. Sakeco merupakan seni yang sangat luwes dan dinamis dibandingkan dengan yang lain. Sakeco dapat dimuati oleh Lawas Nasihat (pamuji); Lawas Tau Loka, Lawas Muda-mudi, Lawas tode yang dibuat dalam bentuk tutur (cerita naratif). LawasTau Loka, l awas y ang isinya tentang nasehat atau pesan bersifat dedaktis yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya atau kepada yang lebih muda. Lawassebagai salah satu bentuk sastra lisan dalam masyarakat Sumbawa (Samawa) merupakan fenomena kebudayaan yang akan tetap hadir di tengah-tengah masyarakatnya. Cerminan nilai budaya daerah telah digunakan dalam mengembangkan budaya nasional, sehingga menempatkan sastra lisan sebagai bagian dari kebudayaan nasional yang Home» Kumpulan Lawas Samawa, LOMBA BLOG SUMBAWA 2015 » Lawas Sumbawa - SALING SATOTANG Vergebener Mann Will Sich Mit Mir Treffen. LAWAS Seni sastra yang sangat menonjol di Sumbawa adalah seni sastra “Lawas.” Lawas bagi masyarakat Sumbawa bukan sekadar seni sastra, namun Lawas juga sebagai media hiburan yang dapat dipertunjukkan dan atau dipertontonkan. Lawas menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Sumbawa. Lawas diwariskan dan diturunkan dalam bentuk lisan. Lawas bagi masyarakat Sumbawa menjadi sumber dari segala sumber seni. Lawas akan dilantunkan kedalam berbagai bentuk seni, meliputi Seni Balawas, Rabalas Lawas, Malangko, Badede, Badiya, Bagandang, Bagesong, Sakeco, bahkan tutur atau cerita pun disampaikan dalam bentuk Kamus Bahasa Sumbawa-Indonesia dikatakan bahwa Lawas adalah sejenis puisi tradisi khas Sumbawa, umumnya terdiri atas tiga baris, biasa dilisankan pada upacara-upacara tertentu. Pengertian Lawas pada Kamus Bahasa Sumbawa-Indonesia belum dapat dikatakan lengkap, karena Lawas juga ada yang terdiri atas empat baris, enam baris, dan ada juga yang delapan baris dalam tiap sebagai puisi lisan tradisional masyarakat etnis Sumbawa dapat kita nikmati dalam berbagai bentuk pertunjukkan. Lawas dipertunjukkan dalam dua bentuk, meliputi 1 dipanggung dan 2 pada saat orang bekerja di sawah, di ladang, saat gotong royong membangun rumah, mengasuh anak, saat upacara adat, saat Karapan Kerbau, Barampok sebagai sebuah yang dilantunkan pada saat beraktivitas biasanya untuk mengurangi rasa sepi, sebagai hiburan, mengalihkan perhatian dari pekerjaan yang dilakukan, dan Lawas di Sumbawa tidak diketahui secara pasti. Kehadiran Lawas bagi masyarakat Sumbawa pada awalnya berperan sebagai media ekspresi batin manusia dan sebagai perekam peristiwa yang terjadi di seputarnya. Apa yang tampak atau yang dipikirkan oleh masyarakat Sumbawa tempo dulu biasanya akan disampaikan melalui Lawas. LAWAS ULANLawas Ulan adalah Lawas yang disampaikan berdasarkan konsep kewaktuan. Lawas Ulan tidak boleh diucapkan sembarangan, sebab untuk memulai Lawas Ulan menggunakan penanda waktu. Penanda waktu dapat diperhatikan pada saat Lawas mulai tembangkan. Penanda waktu itu bukan berdasarkan jam, sebab jam pada saat itu di Sumbawa. Penanda waktu yang digunakan adalah berupa keadaan, waktu pagi hari, siang, sore, dan malam waktu yang dimaksud adalah sebagai berikut Ta Pola Adal Nenrang Jong. Kata yang bergaris bawah di samping adalah penanda waktu. Adal dalam bahasa Indonesia adalah embun atau Ulan ano Siup dan ano rawi memiliki perbedaan. Perbedaan antara Lawas ulan ano Siup dan ano rawi terletak pada irama dan tempo lagunya. Lawas ulan di ano Siup iramanya agak mengalun dengan tempo yang lambat, sedangkan Lawas ulan di ano rawi irama alunannya tinggi dengan tempo yang dinamis. LAWAS ULAN SIUPLawas ulan Siup adalah Lawas yang disampaikan pada pagi hari dengan menggunakan irama dan tempo lagu yang lembut. Lawas ini biasanya disampaikan saat para petani akan berangkat ke sawah/lading atau saat orang-orang sedang menanam padi atau menuai padi secara beramai-ramai di pagi hari sekitar pukul Wita. Berikut ini Lawas ulan Siup. Permulaan Lawas Ulan Siup selalu menggunakan Lawas berikut dan Lawas berikut selalu dimulai oleh laki-laki, contohYamubuya Ijo GodongPuin Palemar ParaiTa Pola Adal Nenrang JongKau cari si hijau daun. Pohon yang penuh dengan air. Ini karena embun yang menetesAkusi Datang Nenrang JongLamin Tenrang Baeng DesaPitu Ten Nosi KumoleAku yang datang menetes. Bila ramah seisi kampung. Tujuh tahun tak dua bait Lawas di atas, maka Lawas selanjutnya bisa apa saja tergantung situasi dan kondisi emosi dan perasaan si pelantun sair Lawas ulan berikutKakendung Ling Kuandi EKupina Pangasa KauNo Tutu Sai YabolaTerlanjur kuucapkan adinda. Kau yang kuharapkan. Tak tahu siapa yang ULAN PANAS ANOLawas Ulan Panas Ano adalah Lawas yang disampaikan pada saat siang hari, saat matahari sedang terik/ panas-panasnya. Lawas Ulan Panas Ano berirama dan bertempo tinggi sebagai gambaran semangat. Lawas Ulan Panas Ano disampaikan pada siang hari sekitar pukul Wita. Berikut adalah Lawas Ulan Panas Ling Kuandi EKupina Pangasa KauSipak Lalo Gandeng JangiTerlanjur ucapku wahai adinda. Menaruh harapan kepadamu. Tak tahunya kamu setengah Ku Ke KauMikir Ate Totang RaraLeng To Diri MelasakanKuberharap berjodoh denganmu. Hatiku mikir aku miskin. Tahu diri tak punya apa-apaMelasakan Nanta RaraNgining Buya TuyapendiKamina Tingi Konang MalMerana karena miskin. Mencari orang yang mengasihan. Pamanda mulia tapi ULAN RAWI ANOLawas Ulan Rawi Ano adalah Lawas yang disampaikan sore hari, selepas shalat Asar. Lawas Ulan Rawi Ano berirama sendu dan tempo mulai turun dibandingkan dengan Lawas Ulan Panas Ano. Lawas Ulan Rawi Ano biasanya menggambarkan sebuah kesedihan atau pun kebahagiaan. Kondisi sedih dan bahagia bisa terjadi, jika sipelantun Lawas laki-laki diterima oleh pelantun Lawas wanita. Lawas Ulan Rawi Ano adalah Lawas penutup untuk pekerjaan Mataq Rame panen raya pada hari itu. Berikut adalah petikan Lawas Ulan Rawi ne Anak tunginingTili ano gama megaLema rep sakiki raraMelangkahlah si Anak merana. Tutuplah mentari wahai awan. Agar teduh si miskin inaqku sapuanNosoda dengan kamikirPang aku dua ke lenoMiskin ibuku dahulu. Tiada teman berpikir. Padaku hanya bersama beling gama lenoLema tulung aku mikirKau baesi kuasaBicaralah wahai bayangan. Tolonglah aku berpikir. Hanya engkau yang adalah Lawas yang dilantunkan oleh sekelompok orang dengan diiringi Serunai seruling atau pukulan alu pada lesung Nunya Rame. Gandang dilantunkan oleh sekelompok perjaka dan gadis, apabila sekelompok perjaka dan gadis melantunkan Gandang dengan iringan serunai maka disebut Gandang Suling, jika diiringi dengan pukulan alu pada lesung disebut Gandang nunya/nunya suling biasanya dilantunkan dalam suasana gembira karena hasil panen berlimpah, karena itu, Lawas-Lawas yang dilantunkan biasanya merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Mahaesa. Gandang suling juga dilantunkan pada malam hari oleh dua orang pemuda yang salah satunya sedang jatuh cinta dan biasanya dilantunkan di tengah sawah saat menjelang padi menguning atau di tempat yang dekat dengan rumah si gadis yang diincar oleh pemuda itu. Lawas yang diungkapkan merupakan ungkapan kasih sayang, cinta, dan janji-janji sang pemuda kepada sang selain diiringi oleh Serunai juga ada yang diiringi oleh pukulan alu pada lesung, ini yang disebut dengan Gandang nuja/Nunya Rame. Gandang nuja biasanya dilakukan oleh sekelompok pemudi yang sedang menumbuk Nuja/Nunya Rame hanya dilakukan pada saat para wanita sedang bergotong royong menumbuk padi di halaman rumah kala bulan terang benderang. Pekerjaan ini dilakukan oleh para wanita untuk membantu tetangga menyiapkan beras ketan yang akan digunakan untuk hajatan. Pada saat seperti ini, biasanya para jejaka datang menyaksikan sambil memperhatikan siapa yang bakal dijadikan pasangan hidupnya mencari jodoh. Lawas-Lawas yang dilantunkan biasanya Lawas muda-mudi yang berisi sindiran, ejekan, dan ungkapan-ungkapan rasa cinta. Berikut petikan Lawas sampama kulaloKutarepa bale andiBeling ke rua e nantaSeandainya aku bertandang. Mampir di rumah adinda. Adakah gerangan belas oleh si gadisLamin tetapmo pang siaBose sangangkang let reaNaq beang bilu lako lenKalau tetap pendirian. Kayuhlah dayung ke samudra. Jangan berpaling pada yang adalah Lawas yang dikumandangkan oleh sekelompok orang sebagai pernyataan kegirangan atau pembangkit semangat saat mengadakan permainan rakyat atau bergotong-royong membangun rumah, mengangkut kayu besar. Di tengah-tengah orang yang baSaketa, biasanya muncul salah seorang yang mengumandngkan Lawas Saketa yang kemudian disambut serempak oleh anggota kelompok/rombongan dengan suara “ho… bam… baho… bam….” dan seterusnya. Suara-suara pemberi semangat ini disebut dengan Gero/Bagero. Lawas Saketa yang di rangkaikan dengan Gero dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan berat, Barapan Kebo karapan Kerbau, permainan rakyat Barampok/Barempuk tinju ala Sumbawa. Saketa dan Bagero digunakan juga untuk upacara mengiring pengantin Iring Pangantan dari rumah pihak laki-laki ke rumah calon pengantin wanita. Adapun Lawas yang disampaikan saat itu adalahPangantan ntek Rawi AnoIring leng mayung satupangLamin no buta batempangTuk tak ne mayungJontal satetak jadi payungSuara rombongan “ho… bam… baho… bam….”Pengantin berangkat sore hari—diiringi serombongan kijang—kalau tidak buta ya pincang—tuk tak wahai kijang—lontar sepotong jadi payungTradisi Saketa di Sumbawa saat ini sulit ditemukan lagi. Ini disebabkan oleh karena pembangunan rumah di Sumbawa sudah tidak bergotong-royong lagi dan kalaupun ada sudah tidak lagi diadakan BaSaketa. Lawas-Lawas yang disampaikan pun biasanya adalah Lawas yang bersifat menggalang persatuan dan kebersamaan dengan penuh pria yang menembangkan Lawas dengan lantang sambil mengacungkan dan atau merentangkan kedua tangannya, di salah satu tangannya memegang Mangkar cambuk khas Sumbawa yang khusus digunakan untuk menghalau kerbau pada saat “Barapan Kebo” karapan kerbau sambil menari mengelilingi arena. Ngumang hanya dilakukan pada saat Barapan Kebo, Maen Jaran dan dilakukan dengan tujuan untuk mengungkapkan kegembiraan karena telah menang, baik pada saat Barapan Kebo maupun pada saat Barampok. Ngumang juga bertujuan untuk memberikan semangat kepada peserta Barapan Kebo dan Barampok sekaligus juga berfungsi untuk memperkenalkan diri kepada penonton. Peserta yang menang biasanya akan Ngumang dan menyampaikan Lawas. Lawas Ngumang bisa seperti petikan Lawas e sai nongka tanMakatoan lako akuSa nya baing Gila RodaSiapakah yang belum mengenal—tanyalah padaku—inilah pemilik Gila Roda nama kerbau’BADEDE Badede adalah menembangkan Lawas yang ditujukan untuk Anak menjelang tidur atau saat pangantin sedang Barodak luluran’. Lawas yang biasa dinyanyikan oleh seorang ibu atau kakak yang sedang menina-bobokan atau mengasuh bayi disebut Badede Anak. Lawas yang dilantunkan pada saat Badede Anak bertemakan permohonan kepada Tuhan Yang Mahaesa agar Anak yang diasuh dapat panjang umur, berguna bagi orang tua, masyarakat, nusa dan bangsa serta agama. Badede Anak disebut juga Lawas yang digunakan pada saat Badede Anak tidak sama, tergantung pada umur dan pada tempat dimana Anak ditidurkan. Perbedaan itu terlihat pada irama dan kata-kata dari Lawas yang digunakan. Berikut ini contoh Lawas yang biasa digunakan pada kegiatan Badede adi matunungMeleng tunung kubeang meJangan jadi kembo kopangmari tidur adik mari tidur—bangun tidur kuberi nasi—ikan susu kerbau sehatAdi ode dalam bilikNyentik ima poyong mamaSadua kita gamandiAdik Mungil dalam kamar—lentik indah jemarimu—kita ini hanya berdua wahai adindaBadede Adat hanya berkembang di kalangan bangsawan Samawa Sumbawa. Badede Adat dilaksAnakan pada saat upacara perkawinan dan Sunat Rasul khitanan. Badede Adat ditembangkan oleh beberapa wanita sambil membunyikan Kosok Kancing sejenis marakas. Badede Adat dilantunkan dalam suasana yang relegius dan dihajatkan agar mereka yang menerima acara ini dalam keadaan selamat serta tidak mudah diganggu makhluk satu upacara yang diiringi Badede Adat adalah pada saat kegiatan Barodak luluran pengantin, baik pria maupun wanita keluarga bangsawan. Pengantin pada saat mau di-Odak dilulur, maka sekelompok wanita melantunkan Lawas Badede Adat. Lawas yang dilantunkan pada saat Barodak adalah sebagai Intan Mua DewaMua Bulaeng Do NantaPenangmo Intan Manmo NangesDuhai sayang duhai para Dewa—wahai permata duhai sayang—tenanglah sayang jangan menangisLamin Leq Tawar AteDome No Mane ParanaSiong Untung Sama RelaUntung Tusaling SasakitBila lama kau menangis—andaikan tidak merusak tubuh—bukanlah jodoh sama rela—jadinya jodoh pangkal sengsaraPenangmo Intan Manmo NangisBeang Boe Ling TutingiKita Tupasodo RaraPasodo Apa PasodoTenanglah sayang jangan menangis—biarkan habis oleh yang mulia—kita hanya mendekap dalam kemiskinan—milikilah apa yang kau milikiBASUAL Kata basual berasal dari kata sual yang mendapat awalan ba-, sual berarti soal, sedangkan ba- berarti menjadi. Jadi, basual artinya menyampaikan soal. Seseorang yang mengajukan soal yakni dengan menyampaikan sampiran dari sebuah Lawas. Bagi yang hadir dalam kesempatan tersebut dan mengetahui jawabannya, maka akan segera menjawabnya. Jawaban yang disampaikan adalah isi dari sampiran yang Basual dapat dijumpai pada saat orang sedang membuat atap rumah Nyantek, panen Mataq Rame, di rumah orang yang mau kawin Montok Basai, dan lain-lain. Contoh petikan Lawas Buri Desa UtanParak Ke Desa SamamungAna Badi Kuring RateMeporiri Ku Ta IntanJarang Kubau BatemungRosa Dadi Rusak AteAyam burik desa Utan—dekat dengan desa Samamung—ada badikku di rate. Betapalah caraku duhai kekasih—sangat jarang kita bertemu—hancul luluh hatikuLalo Mancing Ko PamulungEntek Lako Desa PungkaKupandang Desa MaliliLalo Kau Manjeng UrungKukelek No Balik BungkakMumandang Adasi Lilipergi memancing ke Pamulung—naik ke desa pungka—kupandang desa Malili. Pergilah engkau kekasih urung—kupanggil menoleh pun tidak—kau kawin ada juga penggantimuLANGKOLangko merupakan penyampaian Lawas yang dilakukan oleh sekelompok pemuda dan kelompok pemudi yang saling beradu Lawas cinta. Lawas-Lawas yang disampaikan dalam Langko berbeda dengan Lawas Sual. pada saat Malangko, Lawas yang disampaikan harus dijawab dengan Lawas, yang perlu diperhatikan dalam Malangko adalah langgam lagu Lawas yang dibawakan. Langgam lagu Langko ini yang sangat diperhatikan oleh si pelantun, selain juga Lawasnya. Jika tidak mampu mengikuti langgam lagu Langko, maka dianggap kalah, ditertawakan, dan juga malu. Mereka yang akan ikut Malangko harus orang-orang yang pandai baLawas dan juga pandai menembangkan langgam Malangko biasanya dimanfaatkan oleh para muda-mudi untuk mencari jodoh, oleh karena itu muda-mudi di Sumbawa pada waktu itu berusaha semaksimal mungkin untuk bisa BaLawas. Mereka yang bisa BaLawas di Sumbawa akan mempunyai pergaulan yang luas. Di Sumbawa ada dikenal tiga jenis orang, yakni Nyir Tamat Telu bisa membaca Al-Quran; bisa Ratob; dan bisa BaLawas. Lawas Kusamula Ke BismillahKusasuda Ke WassalamNan Ke Salamat Paranakumulai dengan bismillah-kuakhiri dengan wassalam-agar diri jadi selamatPutriRungan Rame Boat SiaBagentar Tana SamawaBatomo Nyata Kugitakabarnya meriah pesta Tuan—bergetar tanah Sumbawa—kini nyatalah sudahPutraTugitaq Nyata Ke MataRiam Mara Den BaringinNo Bola Ne Bawa Rungannyata terlihat mata—lebat bagai daun beringin—tidak bohong pembawa beritaPutriRungan Balongmu Andi EKaleng Empang Ko SakongkangNomonda Dengan Kubaningtersiar kecantikanmu duhai dinda—dari empang ke Sekongkang—tiada tanding tiada bandingSAKECO Sakeco merupakan salah satu bentuk seni yang bersumber dari Lawas. Sakeco banyak digemari oleh masyarakat Tau Samawa Sumbawa. Sakeco dimainkan oleh dua orang pria yang merupakan pasangannya dan masing-masing memegang satu rabana rebana. Rebana yang digunakan adalah bisa Rabana Ode atau Rabana Rango/Rabana Kebo Rebana Besar. Penggunaan dua jenis rebana ini didasarkan pada temung yang akan digunakan. Hanya saja, pada saat Sakeco, rabana yang digunakan harus penggunaan dua jenis rabana ini karena perbedaan Temung nada lagu, dan isi Sakeco. Rabana Ode lebih lincah, agresif, lebih variatif, dan jika ditabuh maka akan lebih cepat. Rabana Ode biasa dipakai untuk memainkan temung Sakeco Ano Rawi, sedangkan Rabana Kebo selain mengeluarkan suara lebih besar, temponya lambat, dan juga lebih monoton dari segi nada. Rabana Kebo biasanya digunakan oleh sebagian besar orang Sumbawa Ano merupakan seni yang sangat luwes dan dinamis dibandingkan dengan yang lain. Sakeco dapat dimuati oleh Lawas Nasihat pamuji; Lawas Tau Loka, Lawas Muda-mudi, Lawas tode yang dibuat dalam bentuk tutur cerita naratif. Informasi Awal - Tradisi Nyorong merupakan tradisi khas daerah masyarakat suku Samawa di Sumbawa. Tradisi ini merupakan suatu prosesi menghadapi pernikahan atau perkawinan dua pasangan. Tradisi nyorong berlangsung setelah beberapa rangkaian adat lain dilaksanakan seperti bajajag, bakatoan, basaputis, dan bada’. Maka setelah beberapa prosesi diatas dilaksanakan, barulah acara nyorong berlangsung. Bagi masyarakat Sumbawa, nyorong sangat penting, sebagai tanda penghormatan kaum laki-laki terhadap wanita yang akan dinikahinya. Pada umumnya, nyorong merupakan proses hantaran dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan, biasanya diiringi dengan kesenian khas Sumbawa Ratib Rabana ode dan Rabalas Lawas. Barang-barang yang menjadi pokok pada proses nyorong ini merupakan sejumlah barang yang sudah ditetapkan oleh kedua belah pihak pada saat basaputis penentuan jawaban pihak wanita. Misalnya, Pipis Belanya sejumlah uang belanja kemudian Isi Peti berupa emas perhiasan Isi Lemari pakaian si gadis, mulai dari sandal hingga sanggul rambut dan Soan Lemar berupa beras, gula, minyak, kayu bakar dll termasuk kerbau atau sapi. Semua ini akan gunakan untuk menopang prosesi perkawinan yang dilaksanakan ditempat mempelai wanita. 1 Baca Tradisi Mekotek Baca Upacara Rambu SoloPelaksanaan Upacara Nyorong merupakan salah satu prosesi dari serangkaian prosesi pernikahan di tanah Sumbawa Tau Samawa. Prosesi Nyorong ini dilakukan setelah prosesi lamaran atau dalam bahasa lokal sumbawa disebut Bekatoan. Nyorong ini berlangsung dimana pihak laki-laki beserta keuarga mendatangi pihak perempuan kemudian menyampaikan niat dan tujuannya melamar sang perempuan. Kemudian setelah prosesi tersebut di teruskan dengan acara Basaputis memutuskan. Di dalam acara Basaputis ini, prosesi nyorong dan pernikahan di tentukan. Acara Nyorong merupakan prosesi dimana mempelai pria mengantarkan seserahan berupa barang-barang yang sudah disepakati dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Barang-barang tersebut merupakan kelengkapan untuk upacara pernikahan baik untuk acara nikah ataupun acara resepsi besai. Barang-barang yang di bawa dari keluarga mempelai pria tersebut berupa bahan pokok makanan, perlengkapan jajan-jajanm pakaian, ternak sapi, dan lain-lain. Selain itu barang-barang yang dibawa berupa kelengkapan untuk kehidupan sehari-hari pengantin dalam berumah tangga seperti lemari, kasur, dan lain-lain. Perbedaan prosesi Nyorong dengan prosesi seserahan pada umumnya adalah tradisi adat ini dilakukan dengan cara ramai-ramai beserta rombongan dan tokoh masyarakat. Umumnya, orang-orang yang terlibat dalam tradisi ini menggunakan pakaian adat setempat. Nyorong biasanya diiringi dengan alat musik tradisional khas masyarakat adat Sumbawa seperti suling, gong, genang, dan lainnya. Ibu-ibu menyambut keluarga besar dari pihak laki-laki dengan suara hentakan lesung panjang atau yang disebut rontok. Hentakan-hentakan tersebut membentuk irama merdu yang siap menyambut rombongan dari keluarga mempelai laki-laki. Ketika pihak mempelai laki-laki tiba di tempat mempelai perempuan, biasanya ditahan dulu sebelum masuk. Kemudian salah satu dari mereka tokoh masyarakat harus melantunkan lawas atau rabalas lawas dengan pihak perempuan. Hal ini bertujuan untuk memunculkan suasana keakraban dari kedua belah pihak. Setelah itu di lanjut dengan acara penyerahan barang-barang yang dibawa oleh rombongan dari mempelai pria kepada pihak keluarga mempelai perempuan. 2Keunikan Tradisi Nyorong Pihak mempelai laki-laki yang membawa barang hantaran tersebut datang berbondong-berbondong kepada pihak mempelai wanita, dengan diiringi kesenian khas Sumbawa Ratib Rabana Ode. Begitupun dengan pihak mempelai wanita, menyambut kedatangan rombongan mempelai laki-laki dengan rombongan yang ramai pula. Pada saat prosesi nyorong berlangsung disinilah bahasa-bahasa puitis sumbawa dirangkai menjadi bait pantun yang indah atau Lawas Samawa. Lawas biasanya dilantunkan oleh kedua belah pihak secara bergantian yang disebut dengan rabalas lawas. Isi dari lawas tersebut merupakan kata sambutan dari masing-masing pihak atas kebahagiannya menikahkan putra-putri mereka. Contohnya lantunan lawas dari pihak laki-laki biasanya Ka mu pesan kami datang kau pesan kami datang Ola berau kami langan si jalan berdebu kami lalui Totang jangi ke darana ingat janji dengan si gadis Setelah itu, lawas tersebut dibalas kembali oleh pihak wanita sebagai jawaban dari lawas pihak laki-laki Ngibar piyo ling lawang ta burung berkibar depan pintu Pasamada kanatang sia memberitahukan akan kedatangan saudara Tutu lampa ka ling tutu benar juga kata terucap Jadi selain sebagai prosesi hantaran, nyorong juga merupakan salah satu ajang silaturrahmi, karena pada saat nyorong berlangsung banyak orang yang dilibatkan. Termasuk keluarga jauh pun diundang untuk menghadiri prosesi nyorong ini, sembari memperkenalkan diri kepada calon keluarga barunya. 3 Baca Suku Tidung Baca Tradisi SungkemanMakna Filosofis Selain itu ada pula simbol-simbol yang mengandung falsafah dari upacara Nyorong ini. Pihak laki-laki biasanya melengkapi rombongan mereka dengan beberapa batang tebu yang melambangkan keperkasaan seorang laki-laki. Sedangkan dirumah calon pengantin wanita biasanya akan terlihat sebatang pohon pisang. Hal tersebut sesuai dengan simbol sebuah nasehat khas Sumbawa yakni Mara Punti Gama Untung contohilah daun pisang Den Kuning No Tenri Tana daun menguning tak tersentuh tanah Mate Bakolar Ke Lolo sampai matipun tetap bersama Dari sebatang pohon pisang tersebut diharapkan kedua mempelai mampu meneladaninya dalan membangun rumah tangga yang sakinah. Karena pisang walaupun daunnya menguning tetap menetap dipohonnya, tak tersentuh tanah, sampai matipun tetap bersama. Begitulah Lawas-Lawas Samawa sangat erat dengan makna-makna filosofi yang hingga kini masih menjadi bagian dari kehidupan masarakat Sumbawa. 4 Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Pembelajaran yang aktif inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan PAIKEM merupakan pendidikan ideal yang harus diupayakan oleh semua pihak yang terkait dengan dunia pendidikan. Pelaksanaan pendidikan yang berorientasi pada PAIKEM ini sesungguhnya mampu menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa, sehingga melahirkan anak sebagai pebelajar sepanjang yang baik juga mampu menyisipkan nilai-nilai kearifan lokal sebagai pondasi dasar dan karakter pendidikan yang ada di daerah agar mampu memiliki ciri khas yang dapat diterima oleh setiap masyarakat sekolah. Sehingga dalam hal ini, menciptakan pembelajaaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan dengan memanfaatkan kearifan lokal merupaakan solusi kreatif yang harus diwujudkan di dunia pendidikan yang ada dimasing-masing gagasan diatas dalam konteks keberadaan kearifan lokal suku Samawa, yang orientasinya bagi dunia pendidikan di Sumbawa sesungguhnya dapat memanfaatkan kearifan lokal yang khas dan menjadi identitas daerah, yaitu rabalas lawas dan basa Samawa. Fathi Al-Qadri dalam blog-nya www. mengartikan lawas sebagai seni sastra yang dapat juga sebagai media hiburan yang dapat ditunjukkan dan dipertotonkan. Lawas dalam hal ini merupakan syair tiga bait yang bisa berisi nasehat, doa, harapan, rayuan, candaan dan berita. Sedangkan basa Samawa diartikan sebagai bahasa Samawa atau bahasa asli orang Sumbawa. Keberadaan kedua kearifan lokal ini telah mulai mengalami pergeseran eksistensi di masayarakat. Padahal yang jikalau dilihat dari hakekatnya, kedua kearifan lokal ini merupakan media komunikasi yang sangat efektif untuk berinteraksi dengan lawan bicara agar dapat terjalin hubungan emosional yang semakin dekat dan akrab. Dengan demikian, sesungguhnya melihat realitas di dunia pendidikan di Sumbawa hasil dari pengamatan dan pengalaman penulis, yang dimana semangat belajar siswa baik di tingkat sekolah dasar hingga menengah atas cukup rendah, maka sesungguhnya dalam dunia pendidikan di Sumbawa harus memberikan angin segar yang dapat memancing siswa untuk memiliki semangat belajar yang tinggi. Semangat belajar siswa dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor penentu baik secara eksternal maupun internal. Tapi secara umum, faktor-faktor tersebut bisa berupa adanya rasa takut dan kekhawatiran siswa baik terhadap guru dan materi pembelajaran yang akan diajarkan. Oleh karenanya, setiap guru dapat menggunakan tekhnik unik yang berbasis kearifan lokal untuk memulai kegiatan pembelajaran dengan saling berbalas lawas atau rabalas lawas dengan siswa. Tentu saja, isi lawas yang disampaikan bisa berupa nasihat belajar, isi yang berkaitan dengan materi, atau bisa juga berupa gurauan. Hal ini bertujuan agar siswa terkesan dengan guru, sehingga menjadi tertarik dengan materi pembelajaran yang akan proses pembelajaran juga, penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar merupakan suatu hal yang sangat diwajibkan. Namun dalam hal ini, guru juga dapat memanfaatkan basa samawa untuk menjelaskan materi-materi yang dianggap sukar atau susah dipahami dalam bahasa nasional. Hal ini bertujuan untuk membangun komunikasi emosional antara guru dan siswa, sehingga materi yang disampaikan akan dapat dipahami oleh siswa. dan kemudian, sebagai pentup pembelajaran juga, guru dapat menginstruksikan antara siswa saling rabalas lawas, agar terciptanya kegiatan pembelajaran pada bagian akhir yang berkesan dan orientasi menyisipkan kearifan lokal asli Sumbawa ini, selain sebagai solusi guna memancing semangat siswa dalam belajar, hal ini dapat juga ajang pelestarian atas kerifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat harapan kedepannya, semua kegiatan pembelajaran yang ada di sekolah, utamanya di kabupaten Sumbawa dan Sumbawa barat dapat menggunakan cara ini. Karena mengingat dampak yang diberikan akan sangat besar. Daftar Pustaka diakses 7 April 2016 Lihat Humaniora Selengkapnya 89% found this document useful 9 votes30K views2 pagesDescriptionBeberapa contoh lawas SumbawaCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?89% found this document useful 9 votes30K views2 pagesBeberapa Contoh Lawas SumbawaJump to Page You are on page 1of 2 You're Reading a Free Preview Page 2 is not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. ================== By Andra Shate Taubat Sadar gama tu kasepak goyo ate no kabolat telas bae ka po mate ka batungku nonda balat ka po ada tu basala goyo po nan tu ramanjeng ta bagian pang dunia lalo datang nan palangan mate telas ka mo jangi terjemahan ======== semoga sadar orang yang kecewa jangankan hati tak terpisah hidup saja harus mati pernah menyatu tanpa batas menikah masih ada orang bercerai jangankan itu orang pacaran ini takdir didunia pergi-datang itu perjalanan mati-hidup sudah perjanjian

lawas sumbawa tentang nasehat